السلام عليكم
Kluang dilanda kemarau. Sudah seminggu catuan dibuat di sini. Mengikut kata Adun Mahkota, kekurangan air disebabkan oleh air yang dicuri dan ladang kelapa sawit yang berhampiran empangan.
Persediaan di rumah sudah dibuat. 4 tong telah aku sediakan untuk kegunaan harian. Walaubagaimanapun Alhamdulillah sebab air di rumahku lambat habis. Mungkin disebabkan kawasan perumahan ini terletak di tempat yang rendah. Apapun diharap penduduk kluang dapat melaksanakan solat minta hujan. Moga Allah memberkati kluang.......
Saturday, March 14, 2015
Catuan air
Sunday, September 8, 2013
Mereda marah dengan bacaan ta'awwuz
Sunday, July 14, 2013
10 Keutamaan orang berpuasa
Pondok Pasir Tumboh
Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki mengatakan orang yang berpuasa mempunyai 10 keutamaan yang diberikan Allah, di antaranya ialah :
Pertama, Allah memberikan keistimewaan kepada umat yang berpuasa dengan menyediakan satu pintu khusus di surga yang dinamai Al Rayyan. Pintu surga Al Rayyan ini hanya disediakan bagi umat yang berpuasa. Kata Nabi dalam satu haditsnya, pintu Rayyan hanya diperuntukkan bagi orang-orang berpuasa, bukan untuk lainnya.
Bila pintu tersebut sudah dimasuki oleh seluruh rombongan ahli puasa Ramadhan, maka tak ada lagi yang boleh masuk ke dalamnya. (HR. Ahmad dan Bukhari-Muslim).
Kedua, Allah telah mengfungsikan puasa umat Nabi Muhammad saw sebagai benteng yang kokoh dari siksa api neraka sekaligus tirai penghalang dari godaan hawa nafsu. Dalam hal ini Rasul bersabda, “Puasa (Ramadhan) merupakan perisai dan benteng yang kokoh dari siksa api neraka.” (HR. Ahmad dan Al Baihaqi). Rasul menambahkan pula bahawa puasa yang berfungsi sebagai perisai itu layaknya perisai dalam kancah peperangan selama tidak dinodai oleh kedustaan dan pergunjingan. (HR. Ahmad, An Nasa`i, dan Ibnu Majah).
Ketiga, Allah memberikan keistimewaan kepada ahli puasa dengan menjadikan bau mulutnya itu lebih harum dari minyak misik. Sehingga Rasul bertutur demikian, “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih semerbak di sisi Allah dari bau minyak misik.”
Keempat, Allah memberikan dua kebahagiaan bagi ahli puasa yaitu bahagia saat berbuka dan pada saat bertemu dengan Allah kelak. Orang yang berpuasa dalam santapan bukanya meluapkan rasa syukurnya dimana bersyukur termasuk salah satu ibadah dan dzikir. Syukur yang terungkap dalam kebahagiaan kerana telah diberi kemampuan oleh Allah untuk menyempurnakan puasa di hari tersebut sekaligus berbahagia atas janji pahala yang besar dari-Nya. “Orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan. Yaitu berbahagia kala berbuka dan kala bertemu Allah,” kata Rasul dalam hadits riwayat imam Muslim.
Kelima, puasa telah dijadikan oleh Allah sebagai medan untuk menempa kesehatan dan kesembuhan dari beragam penyakit. “Berpuasalah kalian, niscaya kalian akan sehat.” (HR. Ibnu Sunni dan Abu Nu`aim).
Abuya menegaskan bahawa rahasia kesehatan di balik ibadah puasa adalah bahawa puasa menempah tubuh kita untuk melumatkan racun-racun yang mengendap dalam tubuh dan mengosongkan materi-materi kotor lainnya dari dalam tubuh.
Menurut kerangka berpikir Abuya, puasa ialah fasilitas kesehatan bagi seorang hamba guna meningkatkan kadar ketaqwaan yang merupakan tujuan utama puasa itu sendiri. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Qs. Al Baqarah: 183).
Keenam, keutamaan berikutnya yang Allah berikan kepada ahli puasa adalah dengan menjauhkan wajahnya dari siksa api neraka. Matanya tak akan sampai melihat pawai arak-arakan neraka dalam bentuk apapun juga. Rasul yang mulia berkata demikian, “Barangsiapa berpuasa satu hari demi di jalan Allah, dijauhkan wajahnya dari api neraka sebanyak (jarak) tujuh puluh musim.” (HR. Ahmad, Bukhari-Muslim, dan Nasa`i).
Ketujuh, dalam Al Quran Allah berfirman, “Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.” (Qs. At Taubah: 112).
Sebagian ulama ahli tafsir menerangkan bahawa orang –orang yang melawat (As Saihuun) pada ayat tersebut adalah orang yang berpuasa sebab mereka melakukan lawatan (kunjungan) ke Allah. Makna lawatan, tegas Abuya, di sini adalah bahawa puasa merupakan penyebab mereka (orang yang berpuasa) bisa sampai kepada Allah. Lawatan ke Allah ditandai dengan meninggalkan seluruh kebiasaan yang selama ini dilakoni (makan, minum, mendatangi istri di siang hari) serta menahan diri dari rasa lapar dan dahaga.
Sembari mengutip Al Quran pula, Abuya mencoba menganalisa surah Az Zumar ayat 10: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” Kata Al Maliki, orang-orang yang bersabarlah maksudnya adalah orang yang berpuasa sebab puasa adalah nama lain dari sabar. Di saat berpuasalah, orang-orang yang bersabar (dalam beribadah puasa) memperoleh ganjaran dan pahala yang tak terhitung banyaknya dari Dzat Yang Maha Pemberi, Allah swt.
Kelapan, di saat puasa inilah Allah memberi keistemewaan dengan menjadikan segala aktifitas orang yang berpuasa sebagai ibadah dan ketaatan kepada-Nya. Kerananya, orang yang berpuasa dan ia meninggalkan ucapan yang tidak berguna (diam) adalah ibadah serta tidurnya dengan tujuan agar kuat dalam melaksanakan ketaatan di jalan-Nya juga ibadah. Dalam satu hadits riwayat Ibnu Mundih dinyatakan, “Diamnya orang yang berpuasa adalah tasbih, tidurnya merupakan ibadah, dan doanya akan dikabulkan, serta perbuatannya akan dilipatgandakan (pahalanya).”
Kesembilan, di antara cara yang Allah kenakan dalam memuliakan orang yang berpuasa, bahawa Allah menjadikan orang yang memberi makan berbuka puasa pahalanya sama persis dengan orang yang berpuasa itu sendiri meski dengan sepotong roti atau seteguk air. Dalam satu riwayat Nabi bertutur seseorang yang memberi makan orang yang puasa dari hasil yang halal, akan dimintakan ampunan oleh malaikat pada malam-malam Ramadhan…… meski hanya seteguk air. (Hr. Abu Ya`la).
Kesepuluh, orang yang berbuka puasa dengan berjamaah demi melihat keagungan puasa, maka para malaikat akan bershalawat (memintakan ampunan) baginya.
Sumber Blog Ustaz Nor Amin
Like
Reblog
KEKHUSUSAN DAN KEISTIMEWAAN BULAN RAMADHAN
Petikan http://madinatulilmi.com
Banyak sekali kekhususan dan keistimewaan bulan Ramadhan, berikut kami sampaikan beberapa diantaranya :
1. Puasa Ramadhan adalah rukun keempat dalam Islam. Firman Allah Ta’ala (yang artinya):”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan asas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. “(Al-Baqarah : 183).
Sabda Nabi (yang artinya):
Islam didirikan di atas lima sendi, yaitu: syahadat tiada sembahan yang haq selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi hajike Baitul Haram. ” (Hadits Muttafaq ‘Alaih).
Ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan kebaikan, dan pengangkatan derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya dari amal-amal ibadah lainnya. Firman Allah dalam hadits yang disampaikan oleh Nabi:
“Puasa itu untuk-Ku dan Aku langsung membalasnya. Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum dari pada aroma kesturi.” (Hadits Muttafaq ‘Alaih).
Dan sabda Nabi :
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. ” (Hadits Muttafaq ‘Alaih).
Maka untuk memperoleh ampunan dengan puasa Ramadhan, harus ada dua syarat berikut ini:
Mengimani dengan benar akan kewajiban ini.
Mengharap pahala karenanya di sisi Allah Ta ‘ala.
2. Pada bulan Ramadhan diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan berisi keterangan-keterangan tentang petunjuk dan pembeda antara yang haq dan yang bathil.
3. Pada bulan ini disunatkan shalat tarawih, yakni shalat malam pada bulan Ramadhan, untuk mengikuti jejak Nabi, para sahabat dan Khulafaur Rasyidin. Sabda Nabi
“Barangsiapa mendirikan shalat malam Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (dari Allah) niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. ” (Hadits Muttafaq ‘Alaih).
4. Pada bulan ini terdapat Lailatul Qadar (malam mulia), yaitu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, atau sama dengan 83 tahun 4 bulan. Malam di mana pintu-pintu langit dibukakan, do’a dikabulkan, dan segala takdir yang terjadi pada tahun itu ditentukan. Sabda Nabi :
“Barangsiapa mendirikan shalatpada Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala, dari Allah niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. ” (Hadits Muttafaq ‘Alaih).
Malam ini terdapat pada sepuluh malam terakhir, dan diharapkan pada malam-malam ganjil lebih kuat daripada di malam-malam lainnya. Karena itu, seyogianya seorang muslim yang senantiasa mengharap rahmat Allah dan takut dari siksa-Nya, memanfaatkan kesempatan pada malam-malam itu dengan bersungguh-sungguh pada setiap malam dari kesepuluh malam tersebut dengan shalat, membaca Al-Qur’anul Karim, dzikir, do’a, istighfar dan taubat yang sebenar-benamya. Semoga Allah menerima amal ibadah kita, mengampuni, merahmati, dan mengabulkan do’a kita.
5. Pada bulan ini terjadi peristiwa besar yaitu Perang Badar, yang pada keesokan harinya Allah membedakan antara yang haq dan yang bathil, sehingga menanglah Islam dan kaum muslimin serta hancurlah syirik dan kaum musyrikin.
6. Pada bulan suci ini terjadi pembebasan kota Makkah Al-Mukarramah, dan Allah memenangkan Rasul-Nya, sehingga masuklah manusia ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong dan Rasulullah menghancurkan syirik dan paganisme (keberhalaan) yang terdapat di kota Makkah, dan Makkah pun menjadi negeri Islam.
7. Pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup dan para setan diikat.
Betapa banyak berkah dan kebaikan yang terdapat dalam bulan Ramadhan. Maka kita wajib memanfaatkan kesempatan ini untuk bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan beramal shalih, semoga kita termasuk orang-orang yang diterima amalnya dan beruntung.
Perlu diingat, bahwa ada sebagian orang –semoga Allah menunjukinya- mungkin berpuasa tetapi tidak shalat, atau hanya shalat pada bulan Ramadhan saja. Orang seperti ini tidak berguna baginya puasa, haji, maupun zakat. Karena shalat adalah sendi agama Islam yang ia tidak dapat tegak kecuali dengannya. Sabda Nabi :
“Jibril datang kepadaku dan berkata, ‘Wahai Muhammad, siapa yang menjumpai bulan Ramadhan, namun setelah bulan itu habis dan ia tidak mendapat ampunan, maka jika mati ia masuk Neraka. Semoga Allah menjauhkannya. Katakan: Amin!. Aku pun mengatakan: Amin. ” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya) “‘ Lihat kitab An Nasha i’hud Diniyyah, him. 37-39.
Maka seyogianya waktu-waktu pada bulan Ramadhan dipergunakan untuk berbagai amal kebaikan, seperti shalat, sedekah, membaca Al-Qur’an, dzikir, do’a dan istighfar. Ramadhan adalah kesempatan untuk menanam bagi para hamba Ailah, untuk membersihkan hati mereka dari kerusakan.
Juga wajib menjaga anggota badan dari segala dosa, seperti berkata yang haram, melihat yang haram, mendengar yang haram, minum dan makan yang haram agar puasanya menjadi bersih dan diterima serta orang yang berpuasa memperoleh ampunan dan pembebasan dari api Neraka.
Tentang keutamaan Ramadhan, bersabda:
‘”Aku melihat seorang laki-laki dari umatku terengah-engah kehausan, maka datanglah kepadanya puasa bulan Ramadhan lalu memberinya minum sampai kenyang ” (HR. At-Tirmidzi, Ad-Dailami dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir dan hadits ini hasan).
“Shalat lima waktu, shalat Jum’at ke shalat Jum ‘at lainnya, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan di antaranya jika dosa-dosa besar ditinggalkan. ” (HR.Muslim).
Jadi hal-hal yang fardhu ini dapat menghapuskan dosa-dosa kecil, dengan syarat dosa-dosa besar ditinggalkan. Dosa-dosa besar, yaitu perbuatan yang diancam dengan hukuman di dunia dan siksaan di akhirat. Misalnya: zina, mencuri, minum arak, mencaci kedua orang tua, memutuskan hubungan kekeluargaan, transaksi dengan riba, mengambil risywah (uang suap), bersaksi palsu, memutuskan perkara dengan selain hukum Allah.
Seandainya tidak terdapat dalam bulan Ramadhan keutamaan-keutamaan selain keberadaannya sebagai salah satu fardhu dalam Islam, dan waktu diturunkannya Al-Qur’anul Karim, serta adanya Lailatul Qadar -yang merupakan malam yang lebih balk daripada seribu bulan- di dalamnya, niscaya itu sudah cukup, Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua. Amin
Like
Reblog
Mereda Marah Dengan Baca Ta'awwuz
Riwayat: Bukhari dan Muslim
Hadith:
Daripada Sulaiman bin Sard RA katanya, “Pada suatu hari aku duduk bersama-sama Nabi SAW sedang dua orang lelaki sedang bermaki-makian di antara satu sama lain. Salah seorang daripadanya telah merah mukanya dan tegang pula urat lehernya. Lalu Rasulullah SAW bersabda”, “Sesungguhnya aku tahu satu perkataan sekiranya dibaca tentu hilang rasa marahnya jika dia kata (baca), “Auzubillahi minas syaitanir rajim (aku berlindung dengan Allah daripada syaitan yang direjam) hilanglah marahnya.” Maka mereka pun berkata kepada (orang yang merah mukanya) bahawasanya Nabi SAW bersabda: "Berlindunglah dengan Allah daripada syaitan yang direjam."
Perasaan marah yang disemarakkan oleh syaitan boleh menyebabkan kemudaratan pada agama dan dunia, kerana itu untuk menghapuskan sebabnya (was-was syaitan) ialah dengan memohon perlindungan kepada Allah SWT. Firman Allah yang bermaksud : “Dan jika kamu ditimpa satu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (al-A`raf: 200)
Meleraikan persengketaan yang berlaku antara dua pihak adalah dituntut oleh Islam.
Seseorang yang dalam keadaan marah hendaklah membaca taawuz (aku berlindung dengan Allah daripada syaitan yang direjam) untuk mendapatkan kesabaran.
Orang yang alim(berilmu) hendaklah sentiasa menyampaikan (menyebarkan) ilmunya tidak kira masa dan tempat asalkan ilmu itu dapat dimanfaatkan (dinikmati).
Wednesday, October 3, 2012
Motivasi : Tips – 10 Formula Bangun Awal Sebelum Subuh
Keheningan Subuh, ia mempunyai rahsia dan kekuatan yang tersendiri.
Berpagi-pagian di awal pagi merupakan amalan salafusoleh dan orang-orang mukmin sejak zaman berzaman. Malah, terdapat suatu rahsia serta kekuatan yang luar biasa bagi mereka-mereka yang membiasakan diri bangun awal di pagi hari.
Mereka adalah insan-insan yang terpilih yang bangun awal sebelum Subuh dan mereka melaksanakan solat Subuh setiap hari ikhlas kerana Allah SWT.
Allah SWT berfirman yang bermaksud :
“ Dan dirikanlah pula solat Subuh. Sesungguhnya solat Subuh itu disaksikan oleh malaikat.”
(Surah al-Isra 17 : 78)
Namun, selalunya apa yang berlaku dalam realiti kita ialah –ia adalah suatu yang sangat-sangat sukar untuk bangun awal sebelum Subuh. Selimut yang seringan kapas itu terasa bebanannya seperti batu konkrit. Dan, ramai di kalangan kita terlepas kewajipan asasi di awal pagi iaitu solat Subuh kerana susah untuk bangun daripada tidur yang nyenyak.
Kali ini, saya kongsikan tips bagaimana untuk bangun awal sebelum Subuh. Tips ini bukanlah sekadar untuk dihebah-hebahkan atau diwar-warkan semata-mata, tetapi untuk digerakan, diamalkan dan dilaksanakan oleh kita semua.
1. Niat sebelum tidur bahawa tidur ini adalah ibadah kerana Allah SWT. Setting diminda, bahawa kita ingin bangun awal keesokan harinya. Lebih baik sekiranya kita katakan secara terperinci tentang masa yang ingin kita bangun. Contoh : “ Esok saya akan bangun pada jam 5.30 pagi.” 2. Biasakan diri berwudhuk sebelum melelapkan mata. Bayangkan inilah wudhuk kita yang terakhir. Kita memyempurnakan wudhuk dengan tertib, tenang dan sesempurna mungkin. 3. Dirikan solat sunat dua rakaat sebelum tidur. Sebaiknya, solat sunat Taubat. Cantiknya, sebelum tidur kita memohon keampunan serta membersihkan diri daripada dosa-dosa dan kekotoran maksiat kita kepada Allah SWT. 4. Gunakan alat bantuan untuk membangkitkan kita daripada tidur. Mohon bantuan ibu bapa, adik-beradik atau kawan-kawan yang ada. Di samping itu, setkan jam loceng atau alarm telefon kita berhampiran dengan kita. 5. Untuk bangun awal, kita perlulah tidur awal. Tidur yang secukupnya memudahkan kita untuk bangun dengan segar, ceria dan bertenaga. 6. Bacakan doa sebelum tidur dan bacaan Surah Al-Ikhlas, Al-Falaq dan Al-Anas. Hembuskan bacaan tadi ditapak tangan dan sapukan ke seluruh badan. Mohon perlindungan dan pemeliharaan daripada Allah SWT. 7. Sambil berbaring sebelum terlelap, basahkan bibir dengan zikir memuji dan memuja Allah SWT. Alhamdulillah, Alhamdulilah, Alhamdulillah. 8. Teruskan dan ulang berkali-kali tips ini jika gagal. Peringkat awal, ia seperti sukar. Lama kelamaan ia akan berputik di hati. Kita akan biasa dengan amalan ini jika ia dilakukan terus-menerus tanpa putus asa. 9. Jika berjaya, syabas saya ucapkan. Sekarang cabarannya ialah untuk mengekalkan amalan ini dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan dan tahun ke tahun. Jadi bagaimana? 10. Perbanyakanlah berdoa, bermunajat dan merintih kepada Allah SWT agar kita sama-sama istiqamah dan konsisten dengan amalan bangun awal ini. Hasrat dan harapan kita hanya satu agar Allah SWT sayang dan redha kepada kita.
Justeru, bilakah kita akan mulakan tips ini?
Saranan saya, kita lakukan segera tanpa bertangguh. Esok pagi, adalah pagi yang terbaik untuk kita. Kerana apa? Kita mampu bangun awal sebelum Subuh, bersiap siaga untuk solat Subuh berjemaah, menghiasinya dengan bacaan Al-Quran, berdoa, berzikir dan terus berfikir untuk masa hadapan kita di akhirat.
BroHamzah
Berjuang bersungguh-sungguh untuk bangun awal sebelum Subuh.
by brohamzah, langitilahi.com June 11th 2012
Tuesday, October 2, 2012
Kehidupan: Angka-angka Kosong, kitakah itu?
“5 tahun lagi, anda adalah siapa?”
Rata-rata akan menjawab pekerjaan mereka. Engineer. Doktor. Pensyarah dan sebagainya. Ada juga yang menjawab “Masih belajar lagi,” sama ada jawapan itu kerana dia ingin menyambung Masters, ataupun dari diploma meningkat ke Ijazah.
Namun bukan itu jawapan yang saya kehendaki.
Maka saya akan bertanya lagi:
“Siapakah di sini cita-citanya adalah untuk menjadi yang bermanfaat buat Islam?”
Dan sunyi akan sentiasa mengekori.
Sebuah Kitaran Yang Dibiasakan Kepada Kita.
Bayi, membesar, masuk tadika, sekolah rendah, kemudian menaiki ke sekolah menengah, seterusnya menjejakkan kaki ke universiti. Ada dari kalangan kita mungkin tidak mendapat rezeki ini, namun dia akan membesar dididik suasananya sendiri. Seterusnya semua berimpian untuk mendapatkan kerja, dan menjadi pekerja. Ada yang berkahwin semasa belajar, ada yang berkahwin selepas bekerja, ada yang tidak berkahwin. Bagi yang berkahwin, mendapat anak, seterusnya naik pangkat demi pangkat, rumah makin besar, kereta makin banyak, hutang juga makin bertimbun. Anak kita mendapat anak, dan kita bergelar datuk dan nenek, seterusnya mereka pun membesar dan kita pun semakin tua, dan akhirnya mati.
.
.
Mati.
.
Ya. Mati. Itupun jika sempat melalui semuanya. Jika tidak sempat? Semasa usia muda sahaja kita sudah boleh dijemput pergi.
Ramai manusia terperangkap di dalam kitaran ini, dan akhirnya sekadar menjadi ‘manusia biasa’. Dia bekerja menjadi hamba kepada sebuah sistem yang tidak pun memberikan pulangan kepada agamanya. Dia menuruti sahaja segala apa yang telah sistem aturkan, dan dia pun mati sebagaimana sistem hajatkan. Mati sebagai hamba sistem, yang langsung tidak akan memberikan kesan kepada perjalanan sistem.
Maka di manakah makna hidup jika berada dalam kitaran ini?
Sedar tidak sedar, manusia didoktrin untuk mengikuti arus ini. Kerana itu, apabila disoal berkenaan cita-cita, maka apa yang dilihatnya hanyalah ‘kerjaya’. Dia tidak melihat lebih daripada itu, kerana dia telah duduk di dalam sebuah ‘sangkar’ yang menyekat potensi sebenar seorang manusia, sekaligus mematikan kekuatannya untuk menggapai apa yang patut digapainya.
Berapa Ramai Yang Telah Mati Di Dalam Kitaran Ini?
Bilangan ummat Islam telah mencapai billion. Tetapi di manakah ‘kekuatan’ billion itu?
Kita fikirkan semula akan kitaran tadi, dan kita fikirkan semula sekitar hampir 90 tahun selepas kehilangan dawlah Islamiyyah pada tahun 1924, berapa ramai yang telah mati di dalam kitaran tadi? Ya. Secara tidak sedar, kita telah membazirkan ‘nyawa-nyawa kekuatan’ Islam secara tidak sedar. Itu belum dikira mereka yang berjaya melepaskan diri dari kitaran ini, namun diburu, diperangi oleh pemegang sistem hari ini.
Kerana itu, saya tertarik dengan kata-kata seorang ulama’ di eropah yang berbunyi:
“Apakah kamu mengira mereka musuh-musuh Allah itu peduli kamu membaca Al-Quran setiap hari? Tidak. Mereka tidak akan peduli. Mereka hanya peduli apabila kamu mempraktikkan Al-Quran dan mula menganggu perjalanan sistem mereka.”
Maka walaupun bilangan kita billion, tetapi kita tidak hidup untuk menjadi ‘seseorang yang mampu memberikan sumbangan kepada Islam’, akhirnya kita hanya menjadi sebuah angka kosong yang tiada nilainya. Kita menjadi hamba kepada sistem, dan mati di dalamnya. Ibarat buih di lautan, yang langsung tidak menakutkan kita.
Teringat saya akan sabda Rasulullah SAW:
“Akan tiba ketikanya kamu akan dikeronyok oleh musuh-musuh sebagaimana orang-orang yang berebut untuk makan suatu hidangan.” Para Sahabat bertanya: “Apakah ketika itu jumlah kami sedikit, ya Rasulullah?” Jawab Baginda: “Tidak, bahkan jumlah kamu ketika itu ramai sekali tetapi seperti buih-buih ketika air bah…” Hadith Riwayat Abu Dawud.
Ya. Kita ramai hari ini. Tetapi seperti buih di lautan.
Angka-angka yang kosong.
Maka Bagaimana Kami Mahu Menjadi Yang Bermanfaat Buat Islam?
Di sinilah persoalan utamanya. Bagaimana hendak mengeluarkan diri dari ‘kitaran’ ini? Segelintir manusia pernah mempersoalkan saya:
“Habis, kau nak kami buat apa? Tak kerja?”
Bukan. Tetapi jika kamu ingin menjadi doktor, jadilah doktor yang bermanfaat buat Islam. Yang setiap kali orang datang kepada kamu untuk dirawat kesakitannya, kamu turut mampu merawat jiwanya. Tidak cukup dengan itu, kamu akan berusaha mengumpulkan rakan-rakan kamu yang doktor, yang pegawai kesihatan dan seberapa ramai pakar dalam alam medical ini, untuk seterusnya membina beberapa buah hosptal Islamic, yang kala orang masuk ke dalam hospital itu, keluar mereka mendapat sentuhan Islam.
Jika kamu ingin menjadi taukeh restoran, jadilah taukeh restoran yang bermanfaat buat Islam. Yang masakanmu adalah halalan toyyiba(bukan sahaja halal, bahkan terbaik), yang suasana restoranmu adalah syar’ie, menggambarkan akhlak muslim, waiter-waiter menutup aurat dan kemas, restoranmu bersih, servismu sopan, dan pada meja-meja disediakan keratan-keratan muhasabah dan tazkirah untuk tatapan kala pelanggan menunggu makanan. Biar kala manusia keluar dari restoranmu, mereka mendapat sentuhan Islam.
Jika kamu merupakan pelajar bidang komputer, teknologi dan sebagainya, jadilah yang amat bermanfaat buat Ummah. Ummah kini memerlukan apps-apps yang Islamik, game-game yang Islamik, search engine yang Islamik. Yang belajar dalam bidang perfileman, atau yang berbakat menjadi pelakon, ummah kini memerlukan kamu untuk menghasilkan filem-filem dan drama yang Islamik, yang pelakon-pelakonnya bukan sekadar menutup aurat di dalam drama tetapi juga di luarnya, yang bukan sekadar mengamalkan Islam di dalam filem, tetapi juga di luarnya.
Apa-apa sahaja bidang yang kamu ceburi, pastikan ianya bermanfaat buat Islam dan pembangunan ummah. Jika dirasakan tiada sesuatu pun yang boleh disumbangkan melalui kerjaya, maka sumbangkanlah melalui peribadi yang menawan. Jangan hidup sekadar untuk bernafas, bergelak ketawa, bercanda kosong. Tetapi hiduplah dengan menjadi duta-duta Islam di tengah-tengah pejabat dan tempat kerja, di tengah-tengah taman perumahan dan terhadap jiran-jiran.
Pastikan, di dalam hidup anda, paling kurang anda berjaya mengajak seorang dua manusia kembali kepada Allah SWT dan menjadi muslim yang sebenar.
Pastikan anda mendidik keluarga anda, anak-anak anda, untuk menjadi Muslim Mukmin yang bermakna.
Pastikan, anda tidak mati begitu sahaja.
Penutup: Saham Buat Pulang Ke Akhirat Sana.
Apabila diangkat gambar Ka’bah di Facebook, ramai yang LIKE. Tetapi apabila diangkat gambar Hospital, mungkin tiada siapa yang peduli. Kerana ‘ibadah’ pada hari ini disempitkan di pagar-pagar masjid, manakala urusan dan keperluan Ummah tidak lagi dilihat sebagai sebahagian daripada ibadah. Sedangkan Hospital adalah keperluan Ummah yang amat penting.
Mentaliti sebegini perlu kita pecahkan. Jangan merasa selesa dengan Ka’bah dan Masjid Nabawi yang tersergam indah di Makkah dan Madinah, kala ummat Islam di tempat-tempat lain, negara-negara Islam yang lain, terkebelakang dari segi kemajuan dan peradaban.
Jangan merasa megah dengan qiyamullail berakaat-rakaat sepanjang malam, sedang pada kala siang kita membiarkan ribuan orang Islam hanyut dibawa kerosakan sistem.
Jangan merasa cukup dengan 30 juzu’ yang dikhatam setiap bulan, jubah dan serban yang dipakai, juga masjid yang berjaya kita ziarahi sehari-hari, sedang ummat Islam terus disembelih sehari-hari.
Allah menciptakan kita sebagai ‘khalifah’, pentadbir. Allah tidak menciptakan kita untuk menjadi ‘rahib’.
Maka bergeraklah. Pecahkan kitaran itu. Menjadilah Muslim Mukmin yang bermakna, yang kehadirannya di atas dunia memberikan impak, yang kewujudannya di atas muka bumi memberikan kebaikan, yang hadirnya dia di dalam kehidupan ini memberikan manfaat kepada masyarakat.
Ini adalah saham akhirat kita. Dunia tempat mengumpul saham itu, dan akhirat nanti tempat mendapatkan labanya.
Kredit to LangitIlahi
Agama: Hasad dengki barah bagi hati
Pembahagian hasad
merasa benci atau tidak berpuas hati dengan nikmat yang diberikan oleh Allah kepada orang yang didengki dan berharap nikmat itu tidak berterusan.
Hasad ini adalah yang paling keji dan terlarang kerana bukan sahaja seseorang manusia memiliki sifat ini berasa tidak senang dengan kelebihan orang lain ditambah pula rasa tidak bersyukur ke atas nikmat Allah yang diberi kepadanya. Orang yang mengakui beriman perlu berusaha mengikis sifat mazmumah ini kerana kebaikan tidak pernah selari denga keburukan seperti dalam sabda baginda s.a.w:
“Tidak akan berhimpun dalam jiwa hamba Allah iman bersama dengan hasad” (HR Ibn Hibban)
2. Berharap seseorang tidak dapat memiliki nikmat berterusan tanpa merasa benci dan berharap orang lain berada dalam keadaan jahil tanpa dikurniakan nikmat.
Hasad ini juga terlarang. Bezanya cuma seseorang itu bersyukur atas nikmat yang dia terima tetapi berasa iri hati jika ada insan lain yang melebihi dirinya. Namun, adalah lebih baik kita jauhi sifat ini kerana baginda s.a.w bersabda:
“Manusia ini terus berada dalam keadaan baik selagi mereka tidak berdengki-dengki” (HR At-Tabrani)
3. Ghibtoh atau merasa hasad kepada orang lain atas nikmat yang dikurniakan tanpa merasa dengki atau benci nikmat itu berterusan dan dikurniakan kepada orang lain.
Jika pembahagian pertama dan kedua terlarang berlainan pula dengan yang ketiga adalah digalakkan atas dasar untuk berlumba-lumba dengan syarat dalam melakukan kebaikan bukan kemungkaran. Allah menyebut di dalam Al-Quran:
“dan untuk (memperolehi nikmat kesenangan) itu hendaknya berlumba-lumba mereka yang ingin merebut kelebihan dan kesenangan”. (Al-Mutoffifin:26)
Rasulullah juga ada bersabda melalui Abdullah Ibn Mas’ud:
“tiada boleh berdengki kecuali dalam dua hal iaitu terhadap seorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta tersebut di jalan kebenaran dan seseorang yang Allah berikan dia hikmah lalu dia mengamalkan dan mengajarkan kepada orang lain.” (HR Bukhari)
Dalam hadis ini baginda menyebutkan dua contoh situasi.
Pertamanya berlumba-lumba dalam menyumbangkan harta. Hal ini pernah dirakam dalam kitab sirah sewaktu umat Islam di minta untuk keluar berjihad ke suatu tempat bernama Tabuk walhal tempat itu amat jauh ditambah dengan kepanasan cuaca yang menggigit. Namun, bukan kisah pengorbanan jiwa mereka yang saya ingin gambarkan tetapi kesungguhan para sahabat nabi untuk menyumbangkan harta mereka di mana Saidina Abu Bakr menyumbangkan seluruh hartanya dan diikuti oleh Umar r.a dengan separuh hartanya mereka berikan untuk kegunaan kelengkapan perang umat Islam ketika itu.
Keduanya adalah hikmah atau pengetahuan yang Allah berikan kepada orang lain melebihi dirinya. Hal ini juga menggambarkan kepada kita bahawa berlumba-lumba dalam menuntut ilmu itu dibolehkan cuma ada beberapa sisi perlu kita jaga kerana dalam menuntut ilmu ini sebenarnya ia berada di tebing keikhlasan yang perlu diperhati dengan betul. Maka tidak hairan jika golongan penuntut ilmu terlebih lagi bagi agamawan mempunyai sifat hasad yang terlarang.
Kumpulan Penghasad
Hasad sesama keluarga
Perkara ini bukan perkara baru. Bahkan ia pernah terjadi sejak zaman awal kejadian manusia yang berlaku kepada anak nabi Adam iaitu antara Qabil yang hasad kepada saudaranya Habil disebabkan pasangan kahwinnya tidak secantik pasangan Habil hingga tercetus pertumpahan darah. Allah merakam kisah ini dalam Al-Quran:
“Maka nafsu jahat (Qabil) mendorongnya (sehingga ia tergamak) membunuh saudaranya, lalu ia membunuhnya. Oleh itu menjadilah dia dari golongan orang-orang yang rugi.” (Al-Maidah:30)
Begitu pula halnya kisah nabi Yusuf bersama saudara-saudara yang dengki kepadanya disebabkan lebihan perhatian oleh ayah mereka nabi Yaacob ke atas Yusuf a.s. Dewasa kini, sifat ini diterjemah dalam bentuk yang sama cuma berbeza situasi dalam kehidupan manusia yang melibatkan sesama keluarga mereka terutama dalam bab pengwarisan harta hingga mengakibatkan berlaku pergaduhan dan lebih dahsyat terputus hubungan kekeluargaan.
2. Hasad sesama sendiri (bangsa)
Setakat pemerhatian saya, perkara ini sering berlaku dalam masyarakat Melayu dan mungkin jarang berlaku pada bangsa lain. Namun tidak boleh dinafikan ia masih terjadi. Sebagai contoh bangsa Melayu dengki dengan sesama bangsa sendiri dalam urusan kerjaya bisnes dan sebagainya walhal bangsa cina terus maju disebabkan sikap bekerjasama mereka. Maka, dalam hal begini kunci kejayaan itu adalah kebersamaan bukan sekadar dalam perniagaan bahkan ia membuka kejayaan dalam bidang yang lain.
3. Hasad golongan intelektual
Hasad acapkali berlaku dalam kalangan golongan terpelajar atas sebab dengki dengan pencapaian orang lain. Namun, saya mahu khususkan kepada skop agamawan dan juga parti politik. Kita lihat hari ini ramai dalam kalangan agamawan yang hasad antara satu sama lain. Sebab itu timbul fitnah-memfitnah, label-melabel berpunca daripada sifat ini. Tidak kurang ahli politik yang dengki kepada kejayaan parti yang lain hingga sanggup membuka aib lawannya di kalayak umum.
Oleh itu, golongan intelektual perlu ambil perhatian untuk lebih berhati-hati kerana sejarah telah membuktikan di mana ahli kitab tidak mengiktiraf Rasulullah walhal mereka mengetahui kebenarannya. Allah berfirman:
“Banyak di antara Ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) suka kalaulah kiranya mereka dapat mengembalikan kamu menjadi kafir setelah kamu beriman, kerana dengki yang timbul dari diri mereka sendiri, sesudah nyata kepada mereka kebenaran (Nabi Muhammad s.a.w).” (Al-Baqarah:109)
Membantu atau menjatuhkan?
Melihat kepada keburukan hasad ini sebenarnya lebih sekadar rasa tidak berpuas hati kepada orang lain dan tidak bersyukur atas nikmat ke atas diri sendiri. Ia hakikatnya membuahkan keburukan yang lain sebagaimana kisah kedua anak nabi Adam yang bermula dengan hasad dan akhirnya berlaku pertumpahan darah. Begitulah liciknya permainan syaitan dan seangkatannya dalam menjerta manusia kedalam kefasadan.
Dari sudut lain, kekadang ada orang beranggapan bahawa menghalang seseorang berbuat kebaikan atas alasan kurang kemampuan itu sebagai bantuan kepada si pendengar nasihat. Namun, saya lebih melihat ia menjatuhkan kemampuan seseorang itu kerana dalam hal kebaikan kebiasaanya manusia mampu untuk melakukannya mengikut taraf kebaikan yang ingin dilakukan. Adapun jika ia jelas seperti seorang yang fakir untuk bersedekahkan hartanya tetapi tidak mempunyai wang itu adalah terkecuali.
Oleh yang demikian, jika terdetik dalam diri anda untuk melakukan kebaikan terutama dalam bab untuk berubah kepada yang lebih baik, maka jangan ditangguhkan niat baik tersebut hanya dengan sebab ada orang lain berkata itu dan ini. Terus lakukan perubahan dan cuba kekalkan momentum tersebut. Begitulah juga dengan kebaikan-kebaikan yang lain.
Merawat hasad
Merawat barah ini perlu dalam dua keadaan kerana ada hasad yang datang dari dalam diri manusia sendiri dan ada juga hasad manusia lain terhadap diri kita. Apapun, yang terutamanya adalah hubungan kita dengan Allah. Bagaimana kita berserah kepada ketentuan Allah juga rasa syukur kita kepada-Nya atas nikmat yang dikurnia.
Adapun cara yang lain adalah kita menghapus rasa hasad kita adalah memaafkan dan berbuat baik kepada orang yang berhasad dengan kita, dan jika datang dari diri sendiri perlu ketahui bahawa hasad tidak membuahkan sebarang natijah bahkan nikmat orang yang kita hasad tidak berkurangan.
Kesimpulan
Akhir sekali marilah sama-sama kita mohon kepada Allah agar dijauhi daripada sifat hasad ini dengan doa yang nabi Muhammad s.a.w ajarkan kepada kita:
ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين ءامنوا ربنا إنك رءوف رحيم
Wahai Tuhan kami, ampunkan dosa kami dan dosa saudara kami yang mendahului kami dalam iman dan jangan engkau jadikan dalam hati kami perasaan dengki dan dendam kepada orang yang beriman. Wahai tuhan kami sungguhnya Engkau maha Pengasih lagi maha Penyayang.
kredit to LangitIlahi
Agama: Jangan Terlalu Pantas Menghukum Orang.
“Ish, tak sangka Ustaz Zahazan macam itu.”
“Hem, Ustaz Zahazan ini sesat rupanya.”
Dan tak kurang juga mereka yang ikut melaknat, mengeji Ustaz Zahazan. Semuanya bermula dengan pengisytiharan ustaz tersebut terhadap artikel yang ditulis oleh Ustaz Zahzan. Mereka ini tanpa merujuk kepada Ustaz Zahazan mengapa ‘menulis sedemikian rupa?’, ‘betul ke enta tulis sedemikian?’ dan pertanyaan-pertanyaan memohon kepastian. Terus sahaja diselar, mengisytiharkan Ustaz Zahazan murtad pada khalayak ramai.
Akhirnya, editor telah membuat permohonan maaf menyatakan wujud ralat pada pihak mereka, yakni pada artikel Ustaz Zahazan, ada perkataan yang tertinggal lantas membuatkan makna artikel itu berubah sama sekali hingga kelihatan seperti menghina Rasulullah SAW.
Atas isu ini, suka saya membawakan perihal ‘menghukum orang’.
Asas pendapat saya adalah – Jangan terlalu pantas menghukum orang.
Pesan Guru Saya, Dr Ala’ Hilat.
Di dalam menjatuhkan sesuatu status ke atas seseorang, saya akan sentiasa teringat kepada pesanan guru Aqidah saya di Yarmouk University, Jordan. Beliau bernama Dr Ala’ Hilat, dan jika diteliti buku-buku tulisan saya seperti LangitIlahi3: Fanzuru, Maka Lihatlah, atau Buku Motivasi Batu-Bata Kehidupan, nama beliau sering saya sebut. Beliau pernah berpesan kepada saya dan rakan-rakan sekelas:
“Jangan mudah kamu mengkafirkan orang. Walaupun kamu nampak dia(rakan seislam kamu) sujud kepada pokok. Tanyalah terlebih dahulu. Jika dia tidak tahu(yakni jahil), maka beritahulah kepada dia bahawa apa yang dia lakukan itu adalah perbuatan orang-orang yang tidak beriman.” Lebih kurang begitu mafhum pesanannya kepada kami.
Ya. Itu di dalam kes orang sujud kepada pokok. Sampai keadaan sedemikian sekalipun, guru saya melarang kami untuk pantas mengkafirkan orang. Menuduh orang. Mengatakan itu ini kepada orang. Tetapi kami diajar untuk mendekati orang itu, bertanya akan permasalahannya, dan mungkin dia melakukan itu atas kejahilannya, maka menjadi tanggungjawab kita untuk membantunya mengetahui apa kebenaran yang sebenarnya.
Begitulah pesanan guru saya.
Berusaha Untuk Tidak Mengkafirkan.
Mantan Perdana Menteri kita, Tun Dr Mahathir Mohamad pernah mengeluarkan pandangan yang agak radikal di dalam isu hudud, hingga beliau menyebut ‘Hudud adalah rekaan ahli fiqah’. Ramai yang marah dengan statement ini, lantas mengkafirkan Tun. Saya yang ketika itu turut tidak senang dengan statement Tun, tetap beringat dengan pesanan guru saya tadi, lantas tidak menyertai kumpulan yang mengkafirkan beliau, tetapi berusaha memberikan pencerahan hingga terjadi diskusi antara saya dan beliau.
Tidak lama kemudian, Dr Mohd Asri Zainul Abidin telah datang memenuhi jemputan program di Jordan. Saya mengambil kesempatan bertemu dengan beliau. Walaupun saya tidak mengkafirkan Tun Dr Mahathir, namun saya menyatakan kepada Dr Asri bahawa saya kurang berkenan dengan sikap beberapa orang yang cuba mentafsirkan kata-kata Tun itu dengan tafsiran seakan-akan Tun bukan nak kata Hudud itu rekaan ahli Fiqah.
Dr Asri berkata kepada saya ketika itu:
“Mengkafirkan orang ini berat. Jadi, selagi mana kita boleh tafsirkan kata-kata itu pada sesuatu yang bukan mengkafirkan dia, kita memang wajib tafsirkan. Kita nak ajak lagi ramai orang masuk syurga, maka tak logik kita sibuk nak kafir-kafirkan orang.”
Jadi di situ saya semakin kuat merasakan bahawa, bukanlah sikap seorang da’ie, yakni penyeru di atas jalan Allah SWT, sekiranya kita pantas mengkafirkan orang. Lantas saya teringat dengan kisah Abbas As-Sisy yang menangis melihat kerosakan masyarakat, dan kemudian Hassan Al-Banna berkata kepada Abbas As-Sisy: “Ketika ini barulah engkau mengerti makna dakwah.” Ya, dakwah itu ditolak oleh rasa kasih sayang kita kepada masyarakat, rasa ingin memperbaiki masyarakat. Maka bagaimana kita boleh pantas mengkafir-kafirkan orang?
Ini juga mengingatkan saya akan Sirah Rasulullah SAW akan ketika datangnya seorang lelaki yang ingin dirinya dihukum kerana telah berzina, Rasulullah SAW lantas memalingkan wajah, dan baginda menimbulkan banyak soalan kepada lelaki itu. Seboleh-bolehnya, Rasulullah SAW tidak mahu menjatuhkan hukuman. Justeru, Rasulullah SAW sendiri bukan seorang yang menyegerakan hukuman. Di dalam hadith yang lain, apabila seorang perempuan pergi kepada Rasulullah SAW untuk mendapatkan hukuman kerana dia mengaku dia telah berzina, Rasulullah SAW bahkan memberikan perempuan itu masa untuk melahirkan anak di dalam kandungannya dahulu, kemudian menyusukannya hingga anak itu boleh makan makanan selain susu ibu, dan itupun perempuan itu yang pergi kepada Rasulullah SAW untuk mendapatkan hukumannya, barulah Rasulullah SAW menjatuhkan hukuman ke atasnya.
Jadi selagi mana kita masih boleh memberikan alasan, boleh kita tafsirkan ayat itu sebagai bukan ayat yang mengkafirkan diri, maka kita perlu melakukannya. Da’ie tidak akan pantas menjatuhkan hukuman, melabel orang dan sebagainya.
Apatah lagi, apabila kita mula mengkafirkan orang, fitnah akan tercetus, dan ramai yang akan mula mengkafirkan orang yang kita kafirkan.
Biarlah tersalah maaf, jangan kita tersalah hukum. Buruk padahnya.
Bila Tercetus Fitnah.
Bukan mudah hidup dengan nama yang buruk. Sebagai contoh, jika kita tidak mencuri, tetapi tiba-tiba dituduh mencuri, masyarakat akan mula memandang kita seakan-akan kita benar-benar pencuri. Kita akan disisihkan, dikeji, dihina. Kemungkinan rakan sekeliling yang baik dengan kita, akan meninggalkan kita. Orang-orang yang percaya kepada kita, akan mula meragui kita. Ini juga akan memberikan impak negatif kepada pelajaran, pekerjaan, sekaligus kehidupan kita.
Dapat kita lihat dalam arena saham, jika ada spekulasi, dan belum tentu pun perkara itu benar, tetapi hanya dengan kewujudan spekulasi, saham boleh jatuh. Kerana pelabur mula meragui dan tidak ingin menceburkan diri memberikan pelaburan.
Apabila kita mula mencetuskan sesuatu label yang buruk kepada seseorang, hakikatnya kita telah mula menghancurkan kehidupan seseorang itu. Pekerjaannya, hubungannya dengan rakan-rakan, dan sekiranya dia mempunyai pengikut yang selama ini menjadikan dia sebagai contoh tauladan, kita telah meletakkan rasa sangsi dan ragu kepada jiwa pengikut-pengikutnya, lantas membantutkan kerja-kerjanya.
Bahkan kita mungkin boleh membawa kepada dia dicederakan, sekiranya ada yang pergi menyerangnya kerana tidak puas hati, atas dasar penyerang itu percaya dengan apa yang kita tuduh terhadap dia.
Ya. Itu semua boleh berlaku. Kerana itu, mencetuskan fitnah adalah dosa yang sangat besar.
Al-Quran dan As-Sunnah Telah Memberikan Petunjuk.
Allah SWT telah mendidik orang-orang yang beriman agar kita memeriksa terlebih dahulu berita yang datang kepada kita. Bukan terus mempercayai. Penyelidikan adalah wajib hakikatnya, agar kita tidak tersalah menjatuhkan hukum kepada orang yang tidak sepatutnya.
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini – dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) – sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan.” Surah Al-Hujurat ayat 6.
Jelas-jelas Allah SWT telah memberikan pesanan ini kepada kita. Bahkan dispesifikkan lagi seruan ini khas buat orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Kerana implikasi fitnah adalah besar terhadap kehidupan dan kesatuan kehidupan mukmin.
Kita sendiri amat makruf dengan fitnah yang pernah menimpa ahlu bait Rasulullah SAW, di kala Aisyah RH difitnah curang dengan Safwan ketika pulang dari Peperangan Bani Mustaliq. Hingga wahyu sendiri terhenti, untuk menguji keimanan orang-orang yang beriman ketika itu. Hatta Rasulullah SAW sendiri menjadi resah. Hinggalah Allah SWT sendiri membela Aisyah RH. Jelas, pantas menjatuhkan hukum bukan dari petunjuk Rasul SAW.
Dahulukan Sangka Baik.
Allah SWT telah berfirman:
“Dan orang-orang yang mengganggu serta menyakiti orang-orang lelaki yang beriman dan orang-orang perempuan yang beriman dengan perkataan atau perbuatan yang tidak tepat dengan sesuatu kesalahan yang dilakukannya, maka sesungguhnya mereka telah memikul kesalahan menuduh secara dusta, dan berbuat dosa yang amat nyata.” Al-Ahzab ayat 58
Allah SWT berfirman lagi:
“Wahai orang-orang yang beriman! jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan Yang dilarang) kerana Sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa; dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang; dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya Yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya Yang telah mati? (jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadaNya. (oleh itu, patuhilah larangan-larangan Yang tersebut) dan bertaqwalah kamu kepada Allah; Sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani.” Surah Al-Hujurat ayat 12.
Jelas sangka buruk, menuduh-nuduh, bukan dari didikan Islam terhadap ummatnya. Justeru, hendaklah kita ada sikap ‘tabayyun’, yakni ingin mendapatkan penjelasan. Pergi bertanya terlebih dahulu, sebelum membuat tuduhan.
Lebih-lebih lagi di era dunia kaya dengan penulisan hari ini. Typo error adalah perkara biasa berlaku. Tertinggal perkataan adalah biasa terjadi. Silap interprestasi atas apa yang dibaca, didengari dan dilihat juga berlambak-lambak. Justeru, mengapa terlalu pantas mengisytiharkan seseorang itu begitu dan begini hanya dengan membaca apa yang tertulis di media?
Justeru mendahulukan sangka baik adalah pertahanan yang baik.
Apatah lagi apabila seseorang itu kita kenal sebagai seorang yang baik selama ini. Kenyataan-kenyataannya sebelum ini tidak pernah menyimpang dari aqidah yang sejahtera, dan tidak pernah pula mengajak kita melakukan perkara-perkara yang mungkar dan mengajak kita menjadi hambaNya yang ingkar. Jadi mengapa mudahnya kita menghukum seseorang yang sedemikian, dari satu perkara yang kita rasakan silap?
Penutup: Jauhilah ‘Pantas Dalam Menghukum’, Jauhilah Orang Yang Pantas Menjatuhkan Hukum.
Saya kekal berpendapat bahawa antara ciri da’ie adalah tidak pantas menghukum. Sokongan saya akan pendapat ini adalah hadith Rasulullah SAW yang mengisahkan bangun seorang lelaki yang tiba-tiba menyatakan kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, takutlah kamu kepada Allah!” Jelas dia merasakan Rasulullah SAW punya rasa tidak takut kepada Allah, dan itu adalah satu fitnah. Maka Rasulullah SAW pun menjawab: “Bukankah aku(sebagai Rasulullah) adalah orang yang paling takutkan Allah?”
Bila lelaki itu beredar, Khalid Al-Walid bangun dan berkata: “Bolehkah aku memenggal kepalanya?”
“Masakan mungkin, dia masih melaksanakan solat.” Rasulullah SAW menghalang.
Khalid tidak berpuas hati, lantas berkata: “Berapa ramai orang yang mengerjakan solat namun lidahnya tidak bersama dengan hatinya(merujuk kepada orang munafiq).”
Rasulullah SAW lantas menjawab: “Aku tidak diperintahkan untuk meninjau hati manusia, dan mengorek perut mereka.”
Kisah ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Ya, itu Rasulullah SAW. Itu qudwah kita. Jadi bagaimana seorang mukmin itu boleh jadi antara cirinya adalah ‘cepat menjatuhkan hukum’?
Didiklah diri kita memeriksa terlebih dahulu. Didik diri kita untuk bertanya kepada yang tertuduh. Kerana itu, di dalam Islam, wujudnya mahkamah, tempat untuk yang tertuduh diberi peluang membela dirinya. Kerana itu, di dalam Islam, sesiapa sahaja yang menuduh seseorang itu berzina, tanpa membawa saksi, disebat 80 kali.
“Dan orang-orang yang melemparkan tuduhan (zina) kepada perempuan yang terpelihara kehormatannya, kemudian mereka tidak membawakan empat orang saksi, maka sebatlah mereka delapan puluh kali sebat; dan janganlah kamu menerima persaksian mereka itu selama-lamanya; kerana mereka adalah orang-orang yang fasik. Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu (dari kesalahannya yang tersebut) serta memperbaiki amalannya, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” Surah An-Nur ayat 3-4.
Justeru, tinggalkanlah orang yang pantas dalam menghukum orang lain, mengkafirkan orang, menerekakan orang, menuduh orang telah murtad dan sebagainya. Agar kita tidak terpengaruh dengan mereka.
Mari sama-sama muhasabah diri.
Kadangkala, dalam menuduh orang lain, pantas sahaja kita.
Dalam melihat keadaan diri kita sendiri, kita lambat-lambatkannya.
Kredit to LangitIlahi
Agama: Belanjawan Insan dengan Tuhan
Suka saya mengajak sama-sama kita meninjau beberapa perkara. Dalam kesibukan parti politik Malaysia membincangkan hal belanjawan negara, ada bajet belanjawan yang mungkin ramai manusia lupa. Sebelum saya mengupas apa yang terbuku di minda, teliti makna belanjawan yang saya rujuk dalam kamus dewan online yang membawa makna anggaran pendapatan dan perbelanjaan dalam suatu jangka waktu.
Tidak akan rugi selama-lamanya
Berdasarkan maksud belanjawan yang telah saya nyatakan, saya ingin kaitkannya dengan urusan perniagaan kerana ia lebih dekat dengan sistem keluar masuk kewangan yang mellibatkan pendapatan dan perbelanjaan. Adapun bukanlah saya ingin menghuraikan sisi bentuk mana-mana jenis perniagaan sesama manusia tetapi ia adalah perniagaan kita dengan Allah.
Allah s.w.t berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman! Mahukah Aku tunjukkan sesuatu perniagaan yang boleh menyelamatkan kamu dari azab seksa yang tidak terperi sakitnya? (As-saff:10)
Allah s.w.t menawarkan kepada kita suatu jenis perniagaan yang mana ia tidak pernah merugikan manusia dan tidak menguntungkan Allah meski kita terima ataupun tidak. Bahkan manusia itu sendiri memperoleh keuntungan sama ada di dunia mahupun akhirat.
Bagaimana?
1. Beriman kepada Allah
Ketaatan kepada Allah sebagai pencipta sebenarnya adalah fitrah manusia. Selalunya saya akan berikan dalil daripada Al-Quran atau hadis tentang perkara berkaitan agama. Cuma kali ini saya lebih suka membawakan sebuah cerita yang pernah ditulis dalam majalah Readers Digest sebagai tatapan.
Kisah ini berkenaan seorang tentera Jerman yang juga adalah seorang atheis yang tidak pernah kenal dengan mana-mana agama sepanjang hidupnya. Negara Jerman merupakan negara pertama dalam sejarah peperangan yang melakukan strategi menghantar tentera dari udara melalui payung udara. Ketika tiba hari peperangan tersebut, dia merupakan orang pertama yang diarahkan untuk terjun.
Dalam perasaan risau dan takut, dia terjun dari ketinggian yang melebihi 1000 kaki. Ketika terjun, sebelum membuka payung terjunnya, dia tersebut perkataan “Ya Allah” dalam perasaan gundah gulana tersebut secara tidak sengaja. Akhirnya dia berjaya mendarat dengan selamat tetapi dia terdiam selama beberapa minit. Dia bermonolog kepada dirinya “mengapa aku menyebut perkataan itu? Bagaimana aku boleh menyebut sebegitu”. Setelah beberapa tahun, dia telah mempercayai tentang kewujudan tuhan rentetan daripada peristiwa tersebut. Tetapi sayangnya, agama yang dipilihnya ialah Kristian.
Walaupun dia memeluk agama Kristian, tetapi sekurang-kurangnya dia tahu sebenarnya wujudnya tuhan. Bukan kata cukup sekadar itu, sememangnya islam adalah yang terbaik. Cuma, yang penting yang cuba saya sampaikan adalah merasai kewujudan tuhan adalah fitrah seorang insan meski dia masi belum memeluk Islam.
2. Beriman kepada rasul
Percaya dengan perutusan rasul dan apa yang baginda bawa sahaja tidak memadai bahkan perlu lebih lagi dengan berusaha mengikut jejak langkah baginda dan lahirkan rasa cinta. Rasa itu mestilah terbit dari hati dan dibukti dalam amalan sehari-hari. Baru-baru ini, timbul isu menghina nabi. Sebagai muslim yang mahu menjadikan nabi sebagai contoh walau tidak begitu sempurna, saya dan rakan-rakan (LangitIlahi) telah berusaha dengan sedikit ilmu yang ada, kami mempertahankan baginda sekadar kemampuan. Hakikatnya, masih belum memadai oleh itu perjuangan harus diteruskan. Meskipun demikian, rasa cinta kita tidak akan pernah sama rasa cinta para sahabat kepada baginda.
Disebutkan dalam sirah ketika mana islamnya Abu Quhafah, bapa kepada Abu Bakr r.a, beliau menangis. Lalu baginda bertanya: “mengapakah engkau menangis wahai Abu Bakar”. Beliau menjawab: “Jika tangan bapa saudara kamu (Abu Talib) tempat bapa aku sekarang ini (memeluk islam) lebih menggembirakan kamu lebih lagi aku suka.”
Begitulah kecintaan Abu Bakr r.a kepada nabi hingga mendahulukan apa yang nabi suka daripada dirinya. Terdapat banyak lagi kisah yang dirakamkan dalam buku sirah yang menunjukkan kecintaan para sahabat kepada baginda seperti Zaid Ibn Harithah yang melindungi nabi hingga beliau sendiri tercedera ketika peristiwa di Taif, Ali r.a menggantikan tempat tidur baginda ketika hijrah dan banyak lagi.
3. Berjuang membela dan menegakkan agama Allah
Mungkin ada yang tersalah sangka menyebarkan kefahaman Islam kepada manusia terletak pada pundak ustaz-ustaz atau pada bahu NGO-NGO tertentu. Walhal ia adalah tanggungjawab bersama yang perlu digalas oleh semua manusia. Allah berfirman:
“Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman)”. (Ali-Imran:110)
Melihat ayat ini lebih teliti Allah menggunakan perkataan ‘umat’ yang merujuk kepada suatu kumpulan masyarakat yang terdiri daripadanya sekelompok individu. Sebab itu, bagi saya cita-cita untuk membina sebuah negara Islam adalah dengan membina umatnya terlebih dahulu bukan membina negara serta-merta yang akhirnya hanya akan tinggal nama.
Keluasan pandangan
Berjuang membela agama Allah janganlah disempitkan dengan berjuang menentang musuh berupa manusia semata bahkan melawan godaan nafsu dan syaitan yang merupakan musuh yang nyata. Oleh sebab itu, sebahagian ulama’ membahagikan perjuangan atau berjihad kepada 2 bahagian yang utama seperti yang telah disebutkan.
Dalam pada itu, terdapat perbahasan tentang jihad mana yang lebih utama. Saya suka mengambil pendapat jihad melawan hawa nafsu terlebih dahulu berdasarkan hujah jika kita lihat syariat puasa dan arahan untuk berperang (perang badar) diturunkan pada nabi pada tahun ke dua hijrah. Namun, Allah Maha Bijaksana, Dia mendidik nafsu manusia untuk tunduk dahulu kepada-Nya sebelum musuh tunduk kepada mereka dalam peperangan tersebut di mana berlaku dalam bulan ramadhan selepas pensyariatan.
Asam Garam
Dalam dunia globalisasi kini, untuk manusia terus istiqamah dalam perjuangan ia adalah suatu perkara yang mencabar kerana melawan musuh berupa manusia mungkin setelah sampai seruannya sahaja tetapi melawan hawa nafsu bila-bila masa dan dimana-mana pun jua. Tambahan lagi, dalam perjuangan ini tidak disediakan karpet merah, tidak pula menjanjikan harta yang mewah bahkan mungkin menuntut pula harta dan diri manusia.
Oleh itu dalam pada kita berusaha untuk istiqamah, bina kekuatan dalaman kita dengan hubungan yang kuat bersama Yang Esa di samping mencari faktor-faktor luaran yang boleh mengukuhkan kaki kita seperti sahabat soleh yang setia, menimba pengalaman daripada orang tua-tua dan sebagainya.
Ganjaran
“(Dengan itu) Allah akan mengampunkan dosa-dosa kamu, dan memasukkan kamu ke dalam taman-taman yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, serta ditempatkan kamu di tempat-tempat tinggal yang baik dalam Syurga ” Adn “. Itulah kemenangan yang besar”. (As-saff:12)
Maka apa lagi yang manusia perlukan selain daripada pengampunan Allah terhadap hamba ditambah pula dengan ganjaran syurga yang tidak terhitung nikmatnya? Sudah tentu tiada kerana hidup manusia di dunia sementara sebaliknya kejayaan sebenar menanti apabila kita sudah berada di syurga nanti. InsyaAllah.
Kesimpulan
Bajet belanjawan dari sudut perbelanjaan dan dapatan pada asalnya terhad pada jangka waktu tertentu bertepatan dengan usia manusia yang akan meninggal dunia. Namun Allah Maha Pemurah menyediakan kita dapatan(ganjaran) yang kekal selama-lamanya jika kita berusaha menggapainya meskipun kita hanya berbelanja(berjuang) hanya dalam lingkungan usia yang sementara.
Kredit to LangitIlahi